Sunday, July 30, 2006

Sesosok Sahabat

Sesosok Sahabat

Sepi….kosong, hanya itu yang memenuhi isi otakku beberapa hari yang lalu. Aku merasa sendiri, karena tidak bisa mengungkapkan segala hal yang ada di hati. Walaupun aku berada di kerumunan orang tetap saja, aku merasa semua sia-sia. Mulutku ingin berkata, tapi lidah rasanya kelu hingga semuanya tak tersampaikan. Aku ingin bercerita, tapi...siapa yang tidak akan bosan mendengar segala ocehanku, cerita atau keluh kesahku? Keluarga…? Mereka adalah bagian dari hidupku yang terutama dan sangat kucinta. Tapi di usiaku yang menjelang dewasa dengan segala problematikanya dan dengan rahasia yang kupunya, aku butuh sosok lain yang juga menjadi bagian penting dari hidupku, sebagai curahan hati atau curhat seperti kebanyakan orang bilang. Teman-teman? Mereka selalu datang dan pergi…Jika kita bertemu saat ini…kita pasti bergandengan tangan, tapi saat kita berpisah…ya sudah, apa yang kita lalui menjadi sebuah kisah biasa. Pacar? Bukan, bukannya karena cerita ini bukan milik bersama, tapi terkadang keegoisan dan jalan pikiran yang berbeda. Memangnya dia mau mengerti apa yang ada di hati?
Padahal sih, aku bisa menjadi sosok sahabat itu untuk orang lain. Menjadi pendengar yang baik, ada didekatnya bila sedih, dan aku akan berbahagia saat dia bahagia. Tapi kenapa dia tidak melakukan hal yang sama? Bukan, bukan mengharapkan balasan yang sebaliknya atas apa yang telah kulakukan. Tapi aku juga sama seperti yang lainnya. Aku bisa tegar, tapi aku bisa juga menjadi rapuh. Aku bisa senang, tapi ada juga saat-saat dimana aku bersedih. Apalagi jika dia tidak akan pernah menusukku dari belakang, karena aku mempercayainya. Tadinya sih ada seperti yang kuinginkan, tapi telah hilang…menghilang bersama kepercayaanku akan sosok itu. Sekarang..sungguh, aku butuh sosok itu...Aku tak kuasa menahan segala rasa dalam dada. Aku butuh dia..
Coba tebak…Setelah sekian lama melalui berbagai macam hal, sosok itu telah kutemukan. Tentu saja bukan seperti yang sudah-sudah. Akhirnya…
Sahabat…
Walau kita tidak pernah berjanji, tapi aku tahu kau akan selalu ada untukku, sehingga aku selalu menyayangimu.
Sahabat…
Di saat kau sedih, itu adalah kesedihan kita…
Sahabat…
Saat aku bahagia, itu menjadi hari yang paling indah untuk kita bersama…
Sahabat…
Rasa ini hanya milik kita…
Sahabat…
Kau teramat istimewa…membuat suasana malam menjadi berkilau mempesona…
Walaupun kau teramat jauh.., tapi kau terasa dekat di hati karena kau tidak pernah pergi kecuali hari menjelang pagi atau hujan menyelimuti bumi
Aku bersyukur telah kutemukan kau sahabatku, bintang…

Aku tersenyum…sambil memandang ke angkasa…menatap sahabatku di sana…, beberapa bait kata yang kutuliskan ini khusus untuk sahabatku yang tidak akan pernah menyakiti hatiku dan tidak pernah bosan mendengarkan isi hatiku. Aku bahagia karena sahabatku, bintang-bintang di langit sana….
(Untuk teman-teman yang belum menemui sahabat sejati...:),terus berusaha...cos sahabat itu pasti ada utk kita)
By Chelly (Juli 2006)

Nb:Aku bersyukur telah menemukan sahabat2ku walaupun terbatas oleh ruang dan waktu (karena hidup kita tidak bs selaluu bersama,tp hati kita tetap satu sbg sahabat selamanya,ini khusus untuk sahabat-sahabatku tersayang)

Sunday, July 23, 2006

Flash Fiction: Pandangan Pertama

Akhirnya cerita flash fiction ini dimuat jg dalam sebuah buku kumpulan flash fiction kerja sama blogfam dan penerbit gradien books FLASH!FLASH!FLASH! (karena blogfam nih, akhirnya bs diterbitan dlm buku kumpulan flash fiction bersama beberapa penulis lainnya) dan satu lagi FF : Sambut Hari Baru
Jgn lp beli bukunya ya...

Pandangan Pertama

Cantik…, pikirku sambil memandang sesosok wanita yang kutemui siang ini di kampus tercinta di antara hiruk pikuk mahasiswa. Hari ini bisa dikatakan cukup ramai. Udara pun terasa panas. Entah…sampai berapa derajat celcius suhunya. Tapi sebenarnya sih...aku tak begitu peduli, karena wanita itu membuat suasana hatiku lebih berwarna dan membuatku lebih bersemangat, walaupun hanya bisa memandang wajahnya. Wanita itu teramat mempesona. Berparas ayu…, baik dan bijaksana sepertinya. Maklum, baru kali ini aku melihatnya jadi aku belum tahu pasti sifat wanita itu yang sesungguhnya. Enggan hati ini untuk berpaling darinya. Sungguh, wanita itu terlalu sayang untuk diacuhkan.

Beberapa detik yang lalu mata kami sempat bertemu tanpa sengaja. Aku jadi malu sendiri. Dari awal aku melihatnya, hatiku tak mau berdetak normal, rasanya berdegup kencang. Saat ia berjalan semakin dekat ke arahku, hatiku semakin tak menentu saja. Perasaan apa sebenarnya yang sedang bersemayam dalam hati ini? Aah, andai saja aku bisa mengenal dirinya lebih dekat lagi..., aku mulai berangan-angan.

Sayangnya…., sebelum lamunanku itu usai, wanita itu sudah berdiri di sampingku, membuyarkan seluruh rasa yang ada, dan berkata, “Tolong anda kerjakan soal nomor 2 di papan tulis, ya”, sambil menyerahkan sebuah kapur untukku. Aku hanya menggerutu dalam hati. Uuh, yang aku inginkan saat ini bukanlah soal matematika, dosen-ku yang cantik jelita. Kalau begini sih, aku menyerah.