Thursday, October 25, 2007

Cerita Anak: PR

PR

Dodi adalah siswa yang cukup pintar di kelasnya. Tapi, sayangnya, Dodi kurang menggunakan kelebihannya itu dengan baik. Dodi lebih suka bermain-main dengan teman-temannya, dan tidak begitu serius dalam pelajaran. Dodi selalu menggampangkan pelajaran yang diberikan oleh bapak dan ibu guru. Dodi juga memiliki kebiasaan buruk. Dodi paling malas kalau disuruh mengerjakan PR (Pekerjaan Rumah) dari gurunya. Dodi malas berpikir untuk PR-nya itu. Jadi, setiap hari, jika ada PR, Dodi selalu mengerjakan di kelas, sebelum pelajaran dimulai. Itu juga dengan meminjam dan mencontek PR teman-temannya. Padahal, teman-teman sekelas Dodi sering belajar bersama, dan mereka juga selalu mengajak Dodi untuk belajar, sekaligus mengerjakan PR bersama. Tapi, Dodi selalu malas, sehingga ada saja alasannya untuk tidak ikut belajar bersama teman-temannya itu.

Setiap hari Dodi selalu seperti itu, sehingga ada beberapa temannya yang tidak mau meminjamkan PR mereka pada Dodi, karena melihat tingkah laku Dodi yang selalu malas belajar dan mengerjakan PR.

Hari ini, Dodi bangun kesiangan. Padahal, hari ini ada PR matematika dan Dodi belum mengerjakannya sama sekali. Lima menit sebelum bel berbunyi, Dodi baru tiba di sekolah. Dodi langsung meminjam PR matematika Ruben, teman sebangkunya. Belum sempat Dodi menulis, bel masuk sudah berbunyi. Pak Ardi, guru matematika, sekaligus wali kelas di kelas itu pun masuk ke dalam kelas. Dodi kebingungan, karena ternyata soal-soalnya cukup banyak, sehingga Dodi tidak bisa mencontek seluruhnya.

“Selamat pagi, anak-anak,” sapa Pak Ardi membuka pelajaran matematika hari ini.

“Selamat pagi, Pak,” jawab seluruh siswa.

“Kalau tidak salah, kemarin, bapak memberikan PR untuk kalian semua. Sekarang, kalian kumpulkan PR itu di depan dan nanti akan bapak nilai,” perintah Pak Ardi.

Seluruh siswa pun mengumpulkan PR mereka itu di meja Pak Ardi, kecuali Dodi.

“Semuanya sudah mengumpulkan atau ada yang belum? Yang belum mengerjakan, maju ke depan!” perintah Pak Ardi.

Dengan berat hati, akhirnya Dodi maju ke depan.

“Saya lupa mengerjakan PR, Pak,” ujar Dodi dengan muka tertunduk.

“PR ini baru saja bapak berikan kemarin, kok kamu bisa lupa? Teman-temanmu yang lain saja, tidak lupa untuk mengerjakan PR. Sebenarnya, kamu lupa atau malas?” tanya Pak Ardi.

“Be...benar kok, Pak. Saya benar-benar lupa,” jawab Dodi.

“Ya sudah, untuk kali ini, bapak maafkan. Tapi, lain kali, kalau kamu tidak mengerjakan PR lagi, bapak akan memberikan hukuman. Sekarang, kamu kerjakan PR-mu itu, dan harus sudah selesai setelah bapak memberikan nilai pada PR teman-temanmu ini.”

“Ta...ta...tapi, Pak. Soalnya banyak banget, takutnya saya tidak bisa selesai secepat itu.”

“Pokoknya, kamu kerjakan saja dulu! Kalau belum selesai, ya sudah itu resiko kamu sendiri. Sana, cepat kembali ke tempat dudukmu dan kerjakan PR-mu itu, segera!” perintah Pak Ardi tegas.

“Baik, Pak,” jawab Dodi lesu. Dodi pun kembali ke mejanya untuk mengerjakan PR matematika.

“Anak-anak, teman kalian, Dodi, tidak mengerjakan PR. Bapak tidak mau kalian seperti Dodi. Kalian harus selalu mengerjakan PR yang bapak berikan. Karena dengan mengerjakan PR, kalian bisa mengulang pelajaran yang telah diberikan di sekolah dan melatih kemampuan kalian di rumah. Selain itu, nilai PR juga menjadi nilai pelengkap untuk nilai akhir kalian nanti. Kalian mengerti semuanya?”

“Mengerti, Pak,” jawab seluruh siswa kompak.

“Baiklah, sekarang kalian kerjakan soal matematika halaman 66, nomor 1 sampai 10. Bapak akan menilai PR kalian dulu, baru melanjutkan materi kita dan membahas soal yang kalian kerjakan itu.”

Walaupun Dodi harus mengerjakan PR-nya itu, paling tidak Dodi bisa bernafas lega, karena tidak mendapatkan hukuman yang lebih berat. Dan, ternyata, kejadian hari itu tidak membuat Dodi berubah. Keesokan harinya, Dodi masih tetap sama saja, masih tetap malas belajar dan mengerjakan PR sendiri.

Sampai beberapa hari kemudian, Dodi kena batunya juga. Jadi, hari itu, ada PR matematika, Bahasa Inggris, dan Bahasa Indonesia. Dodi ternyata hanya ingat kalau hari itu hanya ada PR Bahasa Inggris. Dodi pun hanya meminjam PR Bahasa Inggris dari Ruben. Ruben sendiri heran, tumben Dodi hanya meminjam PR Bahasa Inggris saja. Tapi, Ruben mengira Dodi sudah mengerjakan PR lainnya, jadi Ruben hanya diam saja. Bel masuk pun berbunyi. Dodi sudah selesai mengerjakan PR Bahasa Inggrisnya. Tapi, pelajaran pertama hari itu bukan Bahasa Inggris, melainkan matematika.

“Selamat pagi, anak-anak,” sapa Pak Ardi seperti biasa

“Selamat pagi, Pak,” jawab seluruh siswa.

“Sekarang, kalian kumpulkan PR yang bapak berikan pada kalian kemarin,” perintah Pak Ardi.

Seluruh siswa mengumpulkan PR matematika seperti biasanya. Hanya Dodi saja yang diam di tempat duduknya.

“Dodi, PR kamu mana? Jangan-jangan, kamu lupa mengerjakannya lagi, ya?” tanya Pak Ardi yang heran melihat Dodi hanya diam dan tidak mengumpulkan PR-nya.

“E...e... sebenarnya begini, Pak, kemarin badan saya panas, jadi saya tidak konsentrasi mengerjakan PR,” jawab Dodi berbohong.

“Benar seperti itu Dodi? Padahal, kemarin malam bapak tidak sengaja bertemu dengan kedua orang tua kamu. Mereka mengeluhkan sikapmu yang sangat malas untuk belajar pada bapak. Mereka bilang kamu lebih suka main play station dibandingkan belajar. Dan, mereka bilang, tadi malam itu kamu berada di rumah, sedang main play station.

“I... iya, Pak. Saya mengaku salah. Saya memang berbohong. Maafkan saya Pak,” jawab Dodi mengakui kesalahannya.

“Baiklah, bapak maafkan. Tapi, ingat, lain kali, jangan berbohong lagi. Dan, sekarang, kamu harus menerima hukuman. Istirahat nanti, kamu harus membersihkan WC. Dan pulang sekolah nanti, kamu jangan pulang dulu. Kamu harus mengerjakan PR matematikamu di ruang guru sebelum pulang sekolah. Nanti, bapak sendiri yang akan mengawasimu. Bapak juga yang akan meminta ijin dan memberitahukan pada orang tuamu kalau kamu akan pulang terlambat,” kata Pak Guru tegas.

Akhirnya, Dodi harus menerima hukuman itu. Dan, sebagai tambahannya, Pak Ardi diminta oleh kedua orang tua Dodi untuk memberikan pelajaran tambahan matematika di rumah, setiap 4 kali dalam seminggu. Jadi, sudah tidak ada alasan lagi bagi Dodi untuk tidak mengerjakan PR dan malas belajar.






NB: hehe nyoba2 bikin cerita anak,walaupun masih sederhana

0 Comments:

Post a Comment

<< Home